Assalamualaikum wr.wb

DESTINY - Humans Can Change the Fate?
Selalu menggelitik memang untuk memahami apa yang akan terjadi esok, lusa,minggu depan, tahun depan, atau seratus tahun ke depan !. Apakah takdir bisaberubah?, apa yang menyebabkan perubahan takdir, dimana Allah berposisi danmelakukan reposisi terhadap takdir?

 Dan banyak lagi pertanyaan di wilayah ini. Tidak heran pembuat buku Salat Smart yang bukunya sudah beredar di negeri Jiranmengulas dan mempertanyakan : Perlukah Memilih Takdir. Satu pertanyaan yangsaya jadi ragu mengelaborasinya, karena memang ada beberapa pandangan dalamcara kita melihat takdir.

Saya lebih melihat bahwa takdir itu adalah ketentuan Allah. Dan ketentuan itutidak akan mengalami perubahan ataupun kalaupun berubah, maka manusia“ditakdirkan” untuk tidak mampu mengamati perubahan dari takdir itu sendiri. Allah berfirman :QS 48. Al Fath 23.
 Sebagai suatu sunnatullah yang telahberlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagisunnatullah itu.

Firman ini menegaskan bahwa kita tidak akan dapat menemukan perubahan (melaluipengamatan) bahwa takdir mengalami perubahan. Jadi apa saja yang kita akanjalani dalam kehidupan, termasuk mimpi-mimpi sekalipun berada dalam arena yangtelah ditetapkan. Kemanapun kita melakukan pilihan melangkah, termasukmenghindari terantuk dari batu, atau memilih makanan pedas atau asin, semuaadalah pilihan dari takdir. Jadi kemanapun kita berjalan, kita akan memenuhitakdir kita !.
Jadi, bisakah manusia mengubah takdir?.
Pertanyaan yang aneh ?

Disini kita menangkap dua pengertian terhadap takdir dalam masyarakat :
1. Takdir sebagai suatu ketentuan yang tidak mengalami perubahan dan telahberlaku sejak dahulu, seperti disampaikan ayat di atas. Dalam pemahaman ini,tentunya bekerja aksi-reaksi, hukum-hukum alam atau hukum fisika yangdiberlakukan sejak penciptaan pertama terhadap hukum-hukum alam semesta.
2. Takdir sebagai prosesi kejadian - Yang terjadi pada manusia. Ketika manusiaberada pada posisi beruntung, entah mendapat jodoh atau diterima untuk bekerja,maka yang bersangkutan mencapai suatu posisi dari pilihan takdirnya.

Kembali ke pertanyaan awal : Dapatkah manusia mengubah takdir?.
Pertanyaan ini sulit juga ya dijawabnya. Kok ditanya lagi !, bukankah kita"tidak akan" mampu melihat perubahan takdir. Tapi, jelas pula bahwaAllah juga tidak menyebutkan bahwa takdir itu tidak akan berubah, takdir bisaberubah, namun manusia tidak mampu menemukan perubahannya. Kalau begitu,bagaimana manusia tahu bahwa telah terjadi perubahan takdir !.

Bisakah mengubah takdir? Banyak orang malas yang menjadikan takdir sebagaidalih atas kemalasannya. Padahal, takdir itu bisa diubah. 'Memang, tidak semuatakdir bisa diubah'. Misalnya, jika kita ditakdirkan sebagai seorang laki-laki,tidak bisa diubah menjadi seorang perempuan ( walaupun ada yang merubah darilaki-laki jadi perempuan ini bukan merubah takdir tapi mendustai takdir).

Lalu bagaimana cara kita mengubah takdir?

Cara yang benar dan tepat, tentu saja harus bersumber dari Pembuat takdir yangtiada lain Allah SWT melalui Al Quran dan Hadits Nabi saw.

Bagi Anda yang belum tahu, bahwa takdir bisa diubah, silahkan simak hadistberikut:
Hadits dari Imam Turmudzi dan Hakim, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, bahwaNabi SAW Bersabda : “Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdo’a, maka pintu-pinturahmat akan dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi olehAllah daripada permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya do’abermanfa’at bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidakada yang bisa menolak taqdir kecuali do’a, maka berpeganglah wahai hamba Allahpada do’a”. (HR Turmudzi dan Hakim)

Cara Mengubah Takdir*
1. Dengan berdo’a. Rasulullah SAW Bersabda :“Barangsiapahatinya terbuka untuk berdo’a, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya.Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orangyang meminta keselamatan. Sesungguhnya do’a bermanfa’at bagi sesuatu yangsedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak taqdirkecuali do’a, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada do’a”. (HR Turmudzi danHakim)

2. Dengan bersedekah. Rasulullah SAW pernah bersabda : “Silaturrahmi dapatmemperpanjang umur dan sedekah dapat merubah taqdir yang mubram” (HR. Bukhari,Muslim, at-Tirmidzi, Imam Ahmad).

3. Dengan bertasbih. Ada hadits yang diriwayatkan dari Sa’ad Ibnu Abi Waqosh,Rasulullah bersabda : “Maukah kalian Aku beritahu sesuatu do’a, yang jikakalian memanfa’atkan itu ketika ditimpa kesedihan atau bencana, maka Allah akanmenghilangkan kesedihan itu? Para sahabat menjawab : “Ya, wahai Rasululullah,Rasul bersabda “Yaitu do’a “Dzun-Nun : “LA ILAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTUMINADH-DHOLIMIN” (Tidak ada Tuhan selain Engkau, maha suci Engkau, sesungguhnyaaku termasuk diantara orang-orang yang dholim”). (H.R. Imam Ahmad, At-Turmudzidan Al-Hakim).

4. Dengan bershalawat ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ubay Ibnu Ka’ab,bahwa ada seorang laki-laki telah mendedikasikan semua pahala sholawatnya untukRasulullah SAW, maka Rasul berkata kepada orang tersebut : “Jika begitulenyaplah kesedihanmu, dan dosamu akan diampuni” (H.R Imam Ahmad At-Tabroni)

Tidak ada yang mengubahtakdir kecuali do’a*
Dalam sebuah hadits Nabi SAW menjelaskan bahwa taqdiryang Allah ta’aala telah tentukan bisa berubah. Dan faktor yang dapat mengubahtakdir ialah doa seseorang.
Bersabda Rasulullah SAW :“Tidakada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah ta’aala selain do’a. Dan Tidakada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan)baik.” (HR Tirmidzi 2065)

Subhanallah…! Betapa luar biasa kedudukan do’a dalamajaran Islam. Dengan do’a seseorang bisa berharap bahwa taqdir yang Allahta’aala tentukan atas dirinya berubah. Hal ini merupakan sebuah berita gembirabagi siapapun yang selama ini merasa hidupnya hanya diwarnai penderitaan dariwaktu ke waktu. Ia akan menjadi orang yang optimis. Sebab keadaan hidupnya yangselama ini dirasakan hanya berisi kesengsaraan dapat berakhir dan berubah. Asalia tidak berputus asa dari rahmat Allah ta’aala dan ia mau bersungguh-sungguhmeminta dengan do’a yang tulus kepada Allah ta’aala Yang Maha Berkuasa.

“Katakanlah: “Haihamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlahkamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah ta’aala mengampunidosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi MahaPenyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nyasebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS Az-Zumar 53-54)

DESTINY - Humans Can Change the Fate?
Demikianlah, hanya orang yang tetap berharap kepada Allahta’aala saja yang dapat bertahan menjalani kehidupan di dunia betapapunpahitnya taqdir yang ia jalani. Ia akan senantiasa menanamkan dalam dirinyabahwa jika ia memohon kepada Allah ta’aala dalam keadaan apapun, maka deritadan kesulitan yang ia hadapi sangat mungkin berakhir dan bahkan berubah.

Sebaliknya, orang yang tidak pernah kenal Allah ta’aaladengan sendirinya akan meninggalkan kebiasaan berdo’a dan memohon kepada Allahta’aala. Ia akan terjatuh pada salah satu dari dua bentuk ekstrimitas.

1. ia akan mudah berputus asa. Atau

2, ia akan lari kepada fihak lain untuk menjadisandarannya demi merubah keadaan.
Padahal begitu ia bersandar kepada sesuatu selain Allahta’aala –termasuk bersandar kepada dirinya sendiri- maka pada saat itu pulalahAllah ta’aala akan mengabaikan orang itu dan membiarkannya berjalan mengikutisituasi dan kondisi yang tersedia. Sedangkan orang tersebut dinilai sebagaiseorang yang mempersekutukan Allah ta’aala dengan yang lain. Berarti orangtersebut telah jatuh ke dalam kategori seorang musyrik…!

“Dan Tuhanmu berfirman,“Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnyaorang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk nerakaJahannam dalam keadaan hina dina.” (QS Al-Mu’min 60)

Dan yang tidak kalah pentingnya bahwa seorang muslimtidak boleh pernah berhenti meminta kepadaNya, karena sikap demikian merupakansuatu kesombongan yang akan menjebloskannya ke dalam siksa Allah ta’aala yangpedih. Maka Rasulullah SAW bersabda:(HRAhmad 9342)“Barangsiapa tidak berdo’akepada Allah ta’aala, maka Allah ta’aala murka kepadaNya.”

Saudaraku, janganlah berputus asa dari rahmat Allahta’aala. Bila Anda merasa taqdir yang Allah ta’aala tentukan bagi hidup Andatidak memuaskan, maka tengadahkanlah kedua tangan dan berdo’alah kepada Allahta’aala. Allah ta’aala Maha Mendengar dan Maha Berkuasa untuk mengubah taqdirAnda. Barangkali di antara do’a yang baik untuk diajukan sebagai bentuk harapanagar Allah ta’aala mengubah taqdir ialah sebagai berikut:

“Ya Allah, perbaikilahagamaku untukku yang mana ia merupakan penjaga perkaraku. Perbaikilah duniakuyang di dalamnya terdapat kehidupanku. Perbaikilah akhiratku untukku yang didalamnya terdapat tempat kembaliku. Jadikanlah hidupku sebagai tambahan untukkudalam setiap kebaikan, serta jadikanlah matiku sebagai istirahat untukku darisegala keburukan.” (HR Muslim 4897)

Iman Kepada Takdir Baik danBuruk
Banyak orang mengenal rukun iman tanpa mengetahui maknadan hikmah yang terkandung alam keenam rukun iman tersebut. Salah satunyaadalah iman kepada takdir. Tidak semua orang yang mengenal iman kepada takdir,mengetahui hikmah dibalik beriman kepada takdir dan bagaimana mengimani takdir.Berikut sedikit ulasan mengenai iman kepada takdir Allah yang baik dan yangburuk.

Takdir (qadar) adalah perkarayang telah diketahui dan ditentukan oleh Allah SWT dan telah dituliskan olehal-qalam (pena) dari segala sesuatu yang akan terjadi hingga akhir zaman.(Terj. Al Wajiiz fii ‘Aqidatis Salafish Shalih Ahlis Sunnah wal Jama’ah, hal.95)

Allah telah menentukan segala perkara untuk makhluk-Nyasesuai dengan ilmu-Nya yang terdahulu (azali) dan ditentukan oleh hikmah-Nya.Tidak ada sesuatupun yang terjadi melainkan atas kehendak-Nya dan tidak adasesuatupun yang keluar dari kehendak-Nya. Maka, semua yang terjadi dalam kehidupanseorang hamba adalah berasal dari ilmu, kekuasaan dan kehendak Allah, namuntidak terlepas dari kehendak dan usaha hamba-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,“SesungguhnyaKami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Qs. Al-Qamar:49)

“Dan Dia telah menciptakansegala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”(Qs. Al-Furqan: 2)

“Dan tidak ada sesuatupunmelainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannyamelainkan dengan ukuran tertentu.” (Qs. Al-Hijr: 21)

Mengimani takdir baik dan takdir buruk, merupakan salahsatu rukun iman dan prinsip ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Tidak akansempurna keimanan seseorang sehingga dia beriman kepada takdir, yaitu diamengikrarkan dan meyakini dengan keyakinan yang dalam bahwa segala sesuatuberlaku atas ketentuan (qadha’) dan takdir (qadar) Allah.

Rasulullah SAW bersabda,“Tidakberiman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada qadar baik danburuknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya tidak akanluput darinya, serta apa yang luput darinya tidak akan menimpanya.”  [HSR Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/451) dari Jabir bin ‘Abdillah ra, dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (no.6985) dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Syaikh Ahmad Syakir berkata: ‘Sanad hadits inishahih.]

Jibril ‘alaihis salam pernah bertanya kepada Nabi SAWmengenai iman, maka beliau SAW menjawab,“Engkau beriman kepada Allah,Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir sertaqadha’ dan qadar, yang baik maupun yang buruk.”
(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya di kitab al-Imanwal Islam wal Ihsan (VIII/1, IX/5)).

Dan Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar ra juga pernah mendengarRasulullah SAW bersabda,“Segala sesuatu telah ditakdirkan, sampai-sampaikelemahan dan kepintaran.” (Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya (IV/2045),Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/452), Ibnu Majah dalam Sunan-nya (I/32), danal-Hakim dalam al-Mustadrak (I/23)

Tingkatan Takdir
Beriman kepada takdir tidak akan sempurna kecuali denganempat perkara yang disebut tingkatan takdir atau rukun-rukun takdir. Keempatperkara ini adalah pengantar untuk memahami masalah takdir. Barang siapa yangmengaku beriman kepada takdir, maka dia harus merealisasikan semua rukun-rukunnya,karena yang sebagian akan bertalian dengan sebagian yang lain. Barang siapayang mengakui semuanya, baik dengan lisan, keyakinan dan amal perbuatan, makakeimanannya kepada takdir telah sempurna. Namun, barang siapa yang mengurangisalah satunya atau lebih, maka keimanannya kepada takdir telah rusak.

Tingkatan Pertama: al-’Ilmu(Ilmu)
Yaitu, beriman bahwa Allah mengetahui dengan ilmu-Nyayang azali mengenai apa-apa yang telah terjadi, yang akan terjadi, dan apa yangtidak terjadi, baik secara global maupun terperinci, di seluruh penjuru langitdan bumi serta di antara keduanya. Allah Maha Mengetahui semua yang diperbuatmakhluk-Nya sebelum mereka diciptakan, mengetahui rizki, ajal, amal, gerak, dandiam mereka, serta mengetahui siapa di antara mereka yang sengsara dan bahagia.

Allah Ta’ala telah berfirman,“Apakahkamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada dilangit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab(Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.”(Qs. Al-Hajj: 70)

“Dan pada sisi Allah-lahkunci-kunci semua perkara yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Diasendiri, dan Dia Maha Mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dantidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dantidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak juga sesuatu yangbasah atau yang kering, melainkan telah tertulis dalam kitab yang nyata (LauhMahfuzh).” (Qs. Al-An’aam: 59)

“Sesungguhnya Allah MahaMengetahui atas segala sesuatu.” (Qs. At-Taubah: 115)
Tingkatan Kedua: al-Kitaabah(Penulisan)
Yaitu, mengimani bahwa Allah SWT telah menuliskan apayang telah diketahui-Nya berupa ketentuan-ketentuan seluruh makhluk hidup didalam al-Lauhul Mahfuzh. Suatu kitab yang tidak meninggalkan sedikit pun didalamnya, semua yang terjadi, apa yang akan terjadi, dan segala yang telahterjadi hingga hari Kiamat, ditulis di sisi Allah Ta’ala dalam Ummul Kitab.

Allah Ta’ala berfirman,“Dan segala sesuatu Kamikumpulkan dalam kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Qs.Yaasiin: 12)

“Tidak ada suatu bencana punyang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telahtertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.”(Qs. Al-Hadiid: 22)

Dan Rasulullah SAW bersabda,“Allah telah menulis seluruhtakdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakanlangit dan bumi.” (Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya, kitab al-Qadar (no.2653), dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma, diriwayatkanpula oleh Tirmidzi (no. 2156), Imam Ahmad (II/169), Abu Dawud ath-Thayalisi(no. 557)

Dalam sabdanya yang lain,“Yangpertama kali Allah ciptakan adalah al-qalam (pena), lalu Allah berfirman,‘Tulislah!’ Ia bertanya, ‘Wahai Rabb-ku apa yang harus aku tulis?’ Allahberfirman, ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadinya Kiamat.’(Shahih,riwayat Abu Dawud (no. 4700), dalam Shahiih Abu Dawud (no. 3933), Tirmidzi (no.2155, 3319), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 102), al-Ajurry dalam ­asy-Syari’ah(no.180), Ahmad (V/317), dari Shahabat ‘Ubadah bin ash-Shamit ra).

Oleh karena itu, apa yang telah ditakdirkan menimpamanusia tidak akan meleset darinya, dan apa yang ditakdirkan tidak akanmengenainya, maka tidak akan mengenainya, sekalipun seluruh manusia dangolongan jin mencoba mencelakainya.

Tingkatan Ketiga: al-Iraadahdan Al Masyii-ah (Keinginan dan Kehendak)
Yaitu, bahwa segala sesuatu yang terjadi di langit dan dibumi adalah sesuai dengan keinginan dan kehendak (iraadah dan masyii-ah) Allahyang berputar di antara rahmat dan hikmah. Allah memberi petunjuk kepada siapayang dikehendaki-Nya dengan rahmat-Nya, dan menyesatkan siapa yangdikehendaki-Nya dengan hikmah-Nya. Dia tidak boleh ditanya mengenai apa yangdiperbuat-Nya karena kesempurnaan hikmah dan kekuasaan-Nya, tetapi kita,sebagai makhluk-Nya yang akan ditanya tentang apa yang terjadi pada kita,sesuai dengan firman-Nya,“Dia tidak ditanya tentangapa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai.” (Qs.Al-Anbiyaa’: 23)

Kehendak Allah itu pasti terlaksana, juga kekuasaan-Nyasempurna meliputi segala sesuatu. Apa yang Allah kehendaki pasti akan terjadi,meskipun manusia berupaya untuk menghindarinya, dan apa yang tidakdikehendaki-Nya, maka tidak akan terjadi, meskipun seluruh makhluk berupayauntuk mewujudkannya.

Allah Ta’ala berfirman,“Barang siapa yang Allahmenghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia akan melapangkandadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allahkesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit.” (Qs.Al-An’aam: 125)

“Dan kamu tidak dapatmenhendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semestaalam.” (Qs. At-Takwir: 29)

Nabi SAW juga bersabda,“Sesungguhnya hati-hati manusiaseluruhnya di antara dua jari dari jari jemari Ar-Rahmaan seperti satu hati;Dia memalingkannya kemana saja yang dikehendaki-Nya.”
(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya (no. 2654).Lihat juga Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah (no. 1689).

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, “Para Imam Salaf darikalangan umat Islam telah ijma’ (sepakat) bahwa wajib beriman kepada qadha’ danqadar Allah yang baik maupun yang buruk, yang manis maupun yang pahit, yangsedikit maupun yang banyak. Tidak ada sesuatu pun terjadi kecuali atas kehendakAllah dan tidak terwujud segala kebaikan dan keburukan kecuali ataskehendak-Nya. Dia menciptakan siapa saja dalam keadaan sejahtera (baca: menjadipenghuni surga) dan ini merupakan anugrah yang Allah berikan kepadanya danmenjadikan siapa saja yang Dia kehendaki dalam keadaan sengsara (baca: menjadipenghuni neraka). Ini merupakan keadilan dari-Nya serta hak absolut-Nya dan inimerupakan ilmu yang disembunyikan-Nya dari seluruh makhluk-Nya.” (al-Iqtishaadfil I’tiqaad, hal. 15)

Tingkatan Keempat: al-Khalq(Penciptaan)
Yaitu, bahwa Allah adalah Pencipta (Khaliq) segalasesuatu yang tidak ada pencipta selain-Nya, dan tidak ada rabb selain-Nya, dansegala sesuatu selain Allah adalah makhluk. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,“Allah menciptakan segala sesuatu dan Diamemelihara segala sesuatu.” (Qs. Az-Zumar: 62)

Meskipun Allah telah menentukan takdir atas seluruhhamba-Nya, bukan berarti bahwa hamba-Nya dibolehkan untuk meninggalkan usaha.Karena Allah telah memberikan qudrah (kemampuan) dan masyii-ah (keinginan)kepada hamba-hamba-Nya untuk mengusahakan takdirnya. Allah juga memberikan akalkepada manusia, sebagai tanda kesempurnaan manusia dibandingkan denganmakhluk-Nya yang lain, agar manusia dapat membedakan antara kebaikan dankeburukan. Allah tidak menghisab hamba-Nya kecuali terhadap perbuatan-perbuatanyang dilakukannya dengan kehendak dan usahanya sendiri. Manusialah yangbenar-benar melakukan suatu amal perbuatan, yang baik dan yang buruk tanpapaksaan, sedangkan Allah-lah yang menciptakan perbuatan tersebut.
Hal ini berdasarkan firman-Nya,“Padahal Allah-lah yang menciptakanmu dan apayang kamu perbuat itu.” (Qs. Ash-Shaaffaat: 96)

Dan Allah Ta’ala juga berfirman, yang artinya,“Allah tidak membebani seseorang melainkansesuai dengan kemampuannya.” (Qs. Al-Baqarah: 286)

Hikmah Beriman Kepada Takdir
Beriman kepada takdir akan mengantarkan kita kepadasebuah hikmah penciptaan yang mendalam, yaitu bahwasanya segala sesuatu telahditentukan. Sesuatu tidak akan menimpa kita kecuali telah Allah tentukankejadiannya, demikian pula sebaliknya. Apabila kita telah faham dengan hikmahpenciptaan ini, maka kita akan mengetahui dengan keyakinan yang dalam bahwasegala sesuatu yang datang dalam kehidupan kita tidak lain merupakan ketentuanAllah atas diri kita. Sehingga ketika musibah datang menerpa perjalanan hidupkita, kita akan lebih bijak dalam memandang dan menyikapinya. Demikian pulaketika kita mendapat giliran memperoleh kebahagiaan, kita tidak akan lupa untukmensyukuri nikmat Allah yang tiada henti.
Manusia memiliki keinginan dan kehendak, tetapi keinginandan kehendaknya mengikuti keinginan dan kehendak Rabbnya. Golongan Ahlus Sunnahmenetapkan dan meyakini bahwa segala yang telah ditentukan, ditetapkan dandiperbuat oleh Allah memiliki hikmah dan segala usaha yang dilakukan manusiaakan membawa hasil atas kehendak Allah.

Ingatlah saudariku, tidak setiap hal akan berjalan sesuaidengan apa yang kita harapkan, maka hendaklah kita menyerahkan semuanya danberiman kepada apa yang telah Allah tentukan. Jangan sampai hati kita menjadigoncang karena sedikit ’sentilan’, sehingga muncullah bisikan-bisikan danpikiran-pikiran yang akan mengurangi nikmat iman kita.
Dengarlah sabda Nabi kita SAW,“Berusahalah untukmendapatkan apa yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan Allah danjanganlah sampai kamu lemah (semangat). Jika sesuatu menimpamu, janganlahengkau berkata ’seandainya aku melakukan ini dan itu, niscaya akan begini danbegitu.’ Akan tetapi katakanlah ‘Qodarullah wa maa-syaa-a fa’ala (Allah telahmentakdirkan segalanya dan apa yang dikehendaki-Nya pasti dilakukan-Nya).’Karena sesungguhnya (kata) ’seandainya’ itu akan mengawali perbuatan syaithan.”(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya (no. 2664).

Tidak  seorang pun yang dapat bertindak untuk merubahapa yang telah Allah tetapkan untuknya. Maka tidak ada seorang pun juga yangdapat mengurangi sesuatu dari ketentuan-Nya, juga tidak bisa menambahnya, untukselamanya. Ini adalah perkara yang telah ditetapkan-Nya dan telah selesaipenentuannya. Pena telah terangkat dan lembaran telah kering.
Berdalih dengan takdir diperbolehkan ketika mendapatimusibah dan cobaan, namun jangan sekali-kali berdalih dengan takdir dalam halperbuatan dosa dan kesalahan. Setiap manusia tidak boleh memasrahkan dirikepada takdir tanpa melakukan usaha apa pun, karena hal ini akan menyelisihisunnatullah. Oleh karena itu berusahalah semampunya, kemudian bertawakkallah.

Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,“Dan bertawakkallah kepada Allah. SesungguhnyaDialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al-Anfaal:61)

“Barang siapa bertawakkalkepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi (keperluan)nya.” (Qs.Ath-Thalaq: 3).

Dan bila kita mendapatkan musibah atau cobaan, janganlahberputus asa dari rahmat Allah dan janganlah bersungut-sungut, tetapibersabarlah. Karena sabar adalah perisai seorang mukmin yang dia bersaudarakandung dengan kemenangan. Ingatlah bahwa musibah atau cobaan yang menimpa kitahanyalah musibah kecil, karena musibah dan cobaan terbesar adalah wafatnyaRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana disebutkan dalamsabdanya,“Jika salah seorang diantara kalian tertimpamusibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku, sungguh ia merupakan musibahyang paling besar.” (Shahih li ghairih, riwayat Ibnu Sa’ad dalamAth-Thabaqat (II/375), Ad-Darimi (I/40).

 Bila hati kita telah yakin dengan setiap ketentuanAllah, maka segala urusan akan menjadi lebih ringan, dan tidak akan adakegundahan maupun kegelisahan yang muncul dalam diri kita, sehingga kita akanlebih semangat lagi dalam melakukan segala urusan tanpa merasa khawatirmengenai apa yang akan terjadi kemudian. Karena kita akan menggenggam tawakkalsebagai perbekalan ketika menjalani urusan dan kita akan menghunus kesabarankala ujian datang menghadang.

Jadi, jangan pernah berhenti berdo’a dan berusaha.Seburuk apa pun kondisi saat ini, semuanya masih bisa berubah. Bagaimana punpahitnya pengalaman kita dimasa lalu, masih bisa berubah. Optimis selalu Andabisa mengubah takdir Anda menjadi lebih baik.

Apa pula peran manusia dalam melakukan pilihan takdir ?.  Usaha manusiakah ? atau takdir manusia untuk berusaha !?. Ataukah menyerah ?.  Dan menyerah, berputus asa pun tidak lepas daritakdir Illahi !.

Alquran dan Hadist
Karya Apriadi Rachmat Daud
DESTINY - Humans Can Change the Fate?

1 komentar:

 
Top